Perjalanan sejarah yang telah banyak di pengaruhi peradaban dan kultur sehingga perlahan ada nya perubahan dalam sejarah itu sendiri. Maka terjadi dalam sejarah islam, sehimgga Allah memperkuat sejarah dalam kitab Al-Qur'an itu sendiri dan sekaligus Allah menjamin tentang kemurniannya. Yang berarti Allah tidak menjamin kemurnian yang lain selain Qur'an itu sendiri. Termasuk sejarah dalam kitab-kitab yang bukan (tidak masuk dalam jaminan).
Termasuk disini sejarah perjalanan agama Islam yang sampai kepada umat hingga pada masa sekarang ini. Yang di ketahui oleh umat sejarah perjuangan yang begitu banyak menumpahkan darah para syuhada,meski itu memang benar. Namun di balik peperangan fisik yang hebat itu ada peperangan yang jauh lebih hebat. Seperti yang di kabarkan Rosululloh SAW setelah perang badar, yakni peperangan melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang sangat banyak jenis dan bentuknya. Dan juga salah satu perang yang terbesar yang di kabarkan oleh Allah Ta'ala, yaitu peperangan 'ilmu'. Sehingga Allah menantang kaum kafir saat itu untuk membuat satu surat yang mirip dengan Al-Qur'an. Itulah kenyataan yang sebenarnya, saat itu Allah menantang keilmuan mereka (kaum kafir). Betapa dahsyatnya, sehingga Allah Ta'ala yang langsung menantang mereka.
Sangat di sayangkan dan sangat memilukan bahwa hanya sejarah perang fisik yang sampai kepada umat.
Hingga kecerobohan terjadi. Begitu mudahnya ajaran Islam ini di
acak-acak, beraneka pemahaman terjadi hingga akhirnya
berkubu-kubu (madzhab). Al-Qur'an akhirnya sangat di jauhkan dari umat dengan pembuatan dinding-dinding (syarat-syarat mempelajari
Qur'an). Himgga umat islam tidak pernah sampai kepada makna Qur'an itu sendiri. Juga
para ulama yang ada, tidak menutup kemungkinan mereka terlena pada
dindingnya, atau dengan kata lain membanggakan ilmu alat, yaitu ilmu
yang di syaratkan dalam mempelajari Qur'an. Salah satu contoh, misalnya ilmu
'nahwu'. Bermunculan para ahli nahwu dengan mengibarkan bendera sendiri,
sehingga terbentuk kelompok ahli nahwu. Mereka (para ulama) dan umatpun terpukau
dengan ilmu nahwu tersebut, hingga melupakan fungsi ilmu nahwu yang sebenarnya. Dan parahnya, para ulama
masa lalu yang menjadi acuan umat, berpendapat atau ber ijma' dengan
mengklaim keras kepada orang yang mempelajari Al-Qur'an tanpa
persyaratan. Memang tidak salah, kalau seandainya ulama tidak terlena
pada ilmu alat tersebut (nahwu). Begitulah yang terjadi, namun tidak mudah untuk di
perbaiki. Al-Qur'an itu akhirnya diambil alih maknanya oleh bukan umat
Islam. Mayoritas umat islam hanya mempelajari bagian kulitnya saja, dan yang lebih menyakitkan lagi, mereka hanya meributkan permasalahan kulitnya saja. Karena atas kesibukan mereka hanya membanggakan kulitnya, maka tidaklah sampai kepada isi yang sebenarnya.
Begitu banyaknya orang-orang di dalam islam yang ingin memegang kepemimpinan, dan alergi (anti ) kepada kepemimpinan yang lain. Lebih konkritnya telah terjadi persaingan antar para pemimpin umat. Sangat jelas akan tercipta kebingungan di kalangan umat. Umat akhirnya bingung, hendak berpegang kemana, Al Qur'an? padahal ulama sendiri banyak menutupi, meskipun tanpa mereka sadari. Hadist? begitu banyaknya hadist do'if yang menjadi hadist shohih, dan menjadi acuan para ulama. Begitu banyaknya umat islam, namun hanyalah seperti buih di tepi pantai, "Sangat lemah", "sangat ironis".
Begitu banyaknya orang-orang di dalam islam yang ingin memegang kepemimpinan, dan alergi (anti ) kepada kepemimpinan yang lain. Lebih konkritnya telah terjadi persaingan antar para pemimpin umat. Sangat jelas akan tercipta kebingungan di kalangan umat. Umat akhirnya bingung, hendak berpegang kemana, Al Qur'an? padahal ulama sendiri banyak menutupi, meskipun tanpa mereka sadari. Hadist? begitu banyaknya hadist do'if yang menjadi hadist shohih, dan menjadi acuan para ulama. Begitu banyaknya umat islam, namun hanyalah seperti buih di tepi pantai, "Sangat lemah", "sangat ironis".